jump to navigation

Elektro 95 4 Desember 2008

Posted by pharmayeni in A A Ngurah PW, Alfithri Syam, Azri, Azril Zah, Badruzzaman, Budi Haryadi Basri, Darmawan, Deni Lesmana D, Dodi Dasril, Elfanidar, Faisal Risa, Feriyanto Hadi S, Firdaus, Hamdi Eka Putra, Hastuti, Hendra Marcos, Heru Dibyo Laksono, Imelda Ashar, Krismadinata, Maizul Hendri, Mardianus, Meisonnova, Peri Ferdinal, Pharmayeni, Qadri Eka Putra, Rahdat Hari, Riko Nofendra, Roni Sartika, Umum, Welmi Afdal, Yayat Wahyudi, Yel Taufik, Yusra, Zuhaidi, Zul Adli.
3 comments
DAFTAR NAMA
BP
1. Meisonnova 95171004
2. Riko Nofendra 95171005
3. Budhi Haryadi B. 95171030
4. Imelda Ashar 95171031
5. Yayat Wahyudi 95171033
6. Azril Zah 95171034
7. Zul Adli 95171035
8. Darmawan 95171039
9. Yusra 95171041
10. Heru Dibyo Laksono 95171042
11. Roni Sartika 95171045
12. Zuhaidi 95171046
13. A.A Ngurah P.W. 95171047
14. Mardianus 95171048
15. Krismadinata 95171049
16. Hendra Marcos 95171051
17. Yel Taufik 95171054
18. Faisal Risa 95171062
19. Maizul Hendri 95171064
20. Elfanidar 95171067
21. Pharmayeni 95171070
22. Qadri Eka Putra 95171071
23. Hamdi Eka Putra 95171072
24. Hastuti 95171078
25. Feri Perdinal 95171082
26. Alfitri Syam 95171087
27. Azri 95171089
28. Feriyanto Hadi S 95171091
29. Welmi Afdal 95171092
30. Badruzzaman 95171096
31. Firdaus 95171101
32. Rahdat Hari 95171106
33. Deni Lemana D 95171110
34. Dodi Dasril 95172—

DEMI SEBUAH JANJI 27 November 2008

Posted by Badroez in Badruzzaman.
2 comments

DEMI SEBUAH JANJI

Sore itu kampus sepi. Hanya ada Kris dan saya di jurusan. Ups, tapi kedengarannya diatas masih ada orang. Pak Ref dan Eka masih di atas, mereka belum pulang. Malam ini saya udah janji sama Peri untuk nginap di kampus, Cuma berdua aja, soalnya teman2 lain banyak yang berhalangan. TA ku masih ada yang perlu diperbaiki, makanya saya rencana mau perbaiki TA ku malam ini sekalian kalo bisa ngambil sampel data lagi. Tapi Peri katanya mau pulang dulu ke air Tawar, ntar balik lagi katanya.

Saya tiduran di ruang Kris sambil nungguin Peri. Tak lama Kris pun pamit mau pulang, Pak Ref dan Eka juga kayaknya mau pulang. Tingggallah saya sendiri di kampus. Tapi kemudian Kris masuk lagi dan minta tolong. Mobil Pak Ref mogok katanya, tolong dorong. Mhhhh..oke, tapi kan dari sini ke bawah kan turunan, jadi biarin mobilnya jalan sendiri pikirku. Rupanya mereka juga se ide. Makan jalanlah mobil itu tanpa hidup mesin ke arah bawah menuju rektorat.

Tapi kenyatannya ternyata berbeda dengan yang di bayangkan. Sesampainya di belokan di bawah kampus teknik, ternyata ada tanjakan, walau gak curam tapi kami berempat gak bisa dorong tuh mobil, mana hari dah mendung tebal lagi. Waktu itu kira-kira pukul setengah lima sore. Setelah mencoba beberapa kali gak bisa juga. Akhirnya disepakati mobil itu di dorong aja ke arah bawah, kalo dari dari arah kampus teknik lurus aja ke bawah lewat jalan kecil, nanti keluarnya depan mesjid kampus.

Mulailah kami mendorong mobil tu lagi, hujan mulai turun dengan lebatnya. Pak Ref kulihat kedinginan, bajunya bawah kuyup, tangannya kulihat dah gemetar, tapi yang lain pun kondisinya tidak lebih baik dari Pak Ref. Maklum, yang ndorong mobil pak ref semuanya beratnya rata-rata Cuma 50 kg.

Tapi kembali hal tak diduga muncul, ternyata sebelum sampai depan masjid kampus kembali ketemu tanjakan. Hari sudah jam enam sore, hujan masih saja lebat, dan gelap. Dengan sekuat tenaga kami berempat kembali mendorong mobil itu menuju ke arah mesjid, tanganku dah gemetar, disamping rasa dingin, juga karena gak kuat. Tanjakannya ada yang agak curam. Pak ref mendorong mobil disamping dekat stir, jadi dia bisa mengendalikan setir juga. Sebenarnya Pak Ref gak kami biarkan ikut mendorong, kasihan bapak tu, tapi tanjakan yang agakcuram ini kami bertiga gak mampu, kadang jalan 2-3 meter, mobil itu mundur lagi. Terpaksa Sesepuh Teknik Elektro itu kami biarkan ikut membantu.

Akhirnya setelah dengan sekuat tenaga sampai juga kami di tempat yang agak rata. Lututku gemetar kedinginan dan kelelahan, Pak Ref juga tidak leibh baik, beliau lebih parah lagi. Bajunya basah kuyup sampai tubuh beliau keliatan dari balik bajunya, beliau bersidekap kedinginan dan gemetar. Dari samping mesjid sampai ke pasar baru kukira tidak akan ada masalah lagi. Semuanya turunan. Maka naiklah kami berempat ke mobil. Mobil itu melaju dengan mulus melewati turunan panjang ke arah gerbang, terus sampai melewati jembatan, dan akhirnya berhenti dekat belokan rumah makan Surya, cukup jauh juga. Hari masih hujan tapi tinggal gerimis. Sebentar lagi azan magrib, hari dah gelap.

Kris bergegas nyari wartel, dia mau telpon bapaknya, minta dijemput pake mobil. Setelah agak lama menunggu, akhirnya Bapak Kris datang bawa mobil kijang. Mhhhh lega..untuk sementara mobil pak ref parkir dipinggir jalan.

Tapi, saya masih ada janji dengan Peri untuk nginap di kampus. Walaupun basah kuyup,kedinginan, dan hari sudah gelap, saya masih minta sama Bapaknya Kris ngantar saya balik lagi ke kampus, tsayatnya nanti Peri datang ke kampus dan gak ketemu siapa2. akhirnya balik lagi ke kampus. Dalam perjalanan ke kampus, pas di tanjakan bawah rektorat, samar2 kulihat seseorang jalan kedinginan, maklum hari masih gerimis. Upss, ternyata Peri, dia nekat jalan kaki dari gerbang karena gak ada lagi mobil yang ke kampus.

Nti!!. Saya manggil Peri, dia cukup kaget dan sedikit senang karena ada saya di mobil. Sebelumnya kami masing2 dah mikir hal terjelek jika diantara kami ada yang gak datang, terpaksa malam di kampus dijalani sendirian.

Waktu itu belum ada handphone, mungkin kalau ada handphone, saya akan telepon Peri supaya gak jadi ke kampus karena hari hujan dan saya lagi basah2an habis dorong mobil pak ref, Peri pun pasti malas ke kampus saat hujan lebat gitu.

Malam itu kami sibuk jemur pakaian kami yang basah. Semua komputer kami hidupkan, komputer Adek, Komputer saya, dan pakaian kami satu persatu kami susun di atas monitor yang agak hangat, di belakang CPU yang ada kipasnya, CD, singlet bertaburan diatas komputer Adek.

Malam itu kami berdua tidak banyak omong, waktu Peri ngerjakan TA nya saya malah tidur kecapekan. Pas giliran Peri tidur habis ngerjain TA, saya baru bangun buat ngambil data. Di luar masih hujan dan gelap.

Masih tentang Badruz 30 Oktober 2008

Posted by Badroez in Badruzzaman.
4 comments

Beberapa rahasia tentang badruz  selama kuliah :

1. Dua kali tidak mendaftar ulang semesteran hanya karena malas dengan birokrasi dan minta tangan PA. JAdi SKS bisa isi sendiri sesuka hati di Puskom, alasan nama gak kluar di absen. Yah jelas gak kluar, karean gak daftar. jadi SKS diisi manual di puskom. Tapi yang namanya orang jujur, isi SKS gak leawt dari yang diizinkan.

2. Pernah dua kali dapet IP di bawah 2, dan pernah dapat IP 1,00

3. Tidak pernah mengumpulkan laporan KP, tapi dapet nilai KP B. YAng dikumpulkan cuma lembar pengesahan yang diteken Pak Eka, trus kemudian Pak eka bikin nilai di formulir perubahan nilai 2 hari menjelang sidang, nilai B. Laporan tak pernah diliat Pak Eka.

3. Pernah hujan2an sore ndorong mobil Pak Ref yang mogok bersama kris, dan eka pegawai jurusan. Jadi lulus karena PAk ref merasa berterima kasih banget kali ya.

4. Mempunyai tekad stamat kuliah, sekali melamar kerja langsung diterima. dan Alhamdulillah tekad itu tercapai

Tentang Badruz 30 Oktober 2008

Posted by Badroez in Badruzzaman.
add a comment

Badruzzaman, saat ini masih menduduki posisi manager di PT. PLN (Persero) Ranting Dabo Singkep terhitung sejak januari 2006.

image281

dan ini poto anak bersama istri

rafa-dan-eci

KAOS BIMTEK SAYA HILANG 23 Oktober 2008

Posted by Badroez in Badruzzaman.
2 comments

Azan subuh baru saja menggema saat kami sudah bersiap-siap untuk ke kampus. Semua peralatan dan aksesoris pun sudah siap. Helm proyek warna biru, buku tanda tangan, tugas ketikan, semua sudah siap, tapi yang membuat saya jadi panas dingin adalah kaos bimtek saya hilang entah dimana. Semalam gara-gara kaos itu gak ketemu saya mimpi buruk, suer, kehilangan kaos itu membuat saya seperti akan menghadapi hukuman mati sebentar lagi.

Kemarin sore kaos itu dibagikan. Waktu pulang sore2 hari hujan sangat lebat, dan karena takut kaos itu basah, saya dan teman2 satu kos nitip kaos itu sama kawan anak IKIP yang pulang pakai payung, sedang kami rela hujan2nan jalan kaki. Namun apesnya, sampai dirumah kaos itu Cuma berjumlah 5, sedangkan kami yang nitip ada 6 orang. Aneh, dan lebih apesnya lagi, walaupun kaos itu seragam dan tida bisa dibedakan, khusus punya saya sebelum nitip ada tanda coretan yang tidak sengaja di dekat lehernya. Dan ternyata kaos yang tidak ada justru yang ada bekas coretan di leher.

Semalam saya sempat pinjan kaos putih polos punya teman lain kampus. Mudah2an saja senior mau mengerti. Tapi hati ini tidak tenang. Seperti mau dihukum mati saja.

Teman2 lain sudah siap, namun karena sudah azan kami sholat subuh dulu. Habis sholat kami berangkat ke kampus. Masa bodoh mau dibilang kami terlambat, kalo kami mau gak terlambat, brarti kami gak sholat subuh dulu, emangnya senior lebih penting apa sari Tuhan, pikirku.

Sampai di sudut rektorat IKIP, sudah terlihat barisan yang sedang jongkok di dkat pintu gerbang Kampus teknik. Dengan percaya diri, aku dan teman2 terus maju. Aku sendiri yang kaosnya lain. Wuih, rintangan pertama aku lewati walau tetap jalan jongkok, tapi kaos ku gak digubris. Tapi tiba-tiba teriakan seniorku mengagetkanku. “Hoy, waang…! Waang ndak pakai baju bimtek ruponyo yo…takicuah den.! Suara senior ku di belakang mengagetkanku. “Pakai ilmu pukau yo? Hebat waang sampai den ndak tau tadi”. Dug..hatiku bergetar hebat, detak jantungku berdegup kencang. “Waang masuak ruang J13, silakan selesaikan disana”..kembali jantungku serasa mau copot. Ruang J13 adalah ruang penyiksaan, kemarin teman2ku yang bermasalah dijebloskan ke sana, kami yang berada di urang J10 yang kebetulan disamping ruang itu mendengar suara bak bik buk yang cukup keras dari ruang itu.

Di dalam ruangan sudah menunggu beberapa senior yang aku pikir mereka adalah tukang jagal buat mahasiswa baru yang bermasalah. Tapi diantara senior itu ada yang aku kenal dan yang paling kejam kurasa, Jon KA. Dialah yang memprosesku. Dengan gaya dan bahasa yang khas nya dia teriak kea rah ku, “ Loe mimpi kali ya, loe belum bangun ya, loe pakai kaos apaan? Hayo bangun, bangun” teriaknya sambil menampar pipiku kiri dan kanan bergantian entah berapa kali. Tapi aku gak terasa sakit, mungkin Karen tamparannya gak keras atau rasa takutku mengalahkan rasa sakitku.

Sejurus kemudian rasa takut itu perlahan lenyap, senior lain menggantikan Jon KA, aku rasa dialah senior idolaku, perkiraanku dia anak sipil 93, postur tubuh atletis mirip Jet li, tapi aku lupa namanya. “ayo ambil kaos yang baru, masih banyak persediaan katanya”. Seeerrrr darah ku seakan mengalir lagi, semua kecemasanku hilang. Dapat kaos baru lagi, dan semua urusan selesai. “silakan kembali ke barisan katanya”.

Badruzzaman